Dari Scroll Iseng ke Jalan Baru
Semua berawal dari kebiasaan iseng scroll media sosial malam-malam. Nama pemuda itu Fajar. Bukan lulusan DKV, bukan juga anak agensi. Dia cuma anak biasa yang kerja serabutan di warung kopi, suka nongkrong, dan diam-diam punya rasa penasaran sama dunia desain.
Suatu malam, saat nonton iklan game slot Mahjong Ways 2 lewat di layar HP-nya, ada satu momen yang bikin dia berhenti scroll. “Gila, warna-warnanya tuh nyala banget. Scatter-nya cakep. Efek transisinya juga halus,” pikirnya. Sejak saat itu, dia mulai nyimpen screenshot dari iklan-iklan itu. Bukan buat main, tapi buat dianalisis.
Screenshot Jadi Buku Belajar Visual
Setiap hari, Fajar ambil satu screenshot yang menurut dia menarik. Kadang dari efek scatter emas, kadang dari background hijau jade yang adem banget, kadang dari layout tombol yang rapi dan enak dilihat. Screenshot itu dia kumpulin di satu folder yang dia namain “Belajar Desain dari Slot”.
Setiap malam, dia buka folder itu, buka aplikasi desain gratis di HP (ya, bukan Photoshop, tapi yang selevel Canva dan Pixellab), dan mulai nyoba nyontek desainnya. “Bukan cuma bentuknya, tapi gimana cara mereka mainin warna, keseimbangan elemen, sama nuansa,” kata Fajar. Dia belajar tanpa sadar: tentang kontras, tipografi, sampai grid layout.
Nyontek Boleh, Tapi Harus Paham Polanya
Salah satu kebiasaan Fajar yang unik: dia gak pernah langsung upload hasil desainnya. Semua hasil tiruan dia simpan buat dianalisis sendiri. Dia bandingin dengan aslinya, lalu tulis catatan singkat: “Warna kuning ini lebih terang di versi asli,” atau “Teks di sini kayaknya pakai font lebih rounded.”
Dari kebiasaan kecil itu, dia mulai ngerti pola. Kalau elemen scatter selalu ditaruh agak ke tengah atas, tombol selalu punya shadow lembut, dan background punya tekstur tipis biar gak terlalu flat. Lama-lama, Fajar bisa bikin desain sendiri dengan sentuhan ala Mahjong Ways 2—tanpa nyontek mentah-mentah lagi.
Komunitas Online: Tempat Belajar Gratis yang Gak Terlihat
Saat mulai merasa makin pede, Fajar iseng upload beberapa desain ke grup Facebook “Desainer Pemula Indonesia”. Responnya? Positif. Banyak yang ngira dia anak kuliahan desain. Tapi Fajar gak malu ngaku kalau dia belajar dari screenshot iklan game slot. “Gak penting lo mulai dari mana. Yang penting lo konsisten dan ngerti kenapa desain itu enak dilihat,” katanya di salah satu postingannya.
Dari situ, dia mulai aktif diskusi. Bukan cuma nanya, tapi juga kasih feedback ke desain orang lain. Ternyata dari ngomentarin karya orang lain, Fajar jadi makin kritis sama karyanya sendiri. Dia belajar cara ngasih highlight, main layering, dan bikin desain yang gak cuma keren tapi juga komunikatif.
Dari HP Kentang ke Proyek Pertama
Dengan modal HP kentang dan aplikasi gratisan, Fajar akhirnya dapet tawaran bikin banner promosi dari kenalan di komunitas. Kliennya? Penjual suplemen herbal yang suka gaya desain mencolok ala slot game. Fajar senyum kecil waktu ingat itu. “Ternyata mata gue yang sering nonton scatter dan wild itu ada gunanya juga ya,” katanya sambil ketawa.
Setelah proyek pertama itu, dia mulai nabung buat beli laptop bekas. Bukan buat gaya-gayaan, tapi supaya bisa pakai software yang lebih powerful. Tapi bahkan dengan alat sederhana pun, Fajar udah buktiin bahwa kreativitas gak butuh studio mewah—cukup rasa penasaran dan kemauan belajar.
Refleksi: Inspirasi Itu Bisa Datang dari Mana Aja
Siapa sangka, iklan game slot yang sering dianggap “gak penting” justru jadi titik awal buat seseorang menemukan jalan hidupnya. Fajar gak belajar dari kampus atau buku tebal. Dia belajar dari hal-hal yang sering kita anggap sepele: warna yang mencolok, animasi scatter, layout tombol.
Buat kamu yang lagi bingung mau mulai dari mana, ingat kisah Fajar. Kadang, semua dimulai dari satu klik, satu screenshot, dan satu rasa penasaran. Kalau kamu bisa konsisten dan nikmati prosesnya, pelan-pelan kamu bisa jadi versi terbaik dari dirimu sendiri. Karena dalam desain, seperti hidup, bukan soal seberapa cepat kamu sampai—tapi seberapa niat kamu jalanin tiap langkahnya.