Dari Ruang Sempit Kosan ke Dunia Musik yang Lebih Dalam
Di tengah kota Bandung yang riuh dan penuh warna, ada satu kisah menarik tentang seseorang yang memulai perjalanan musiknya dari tempat yang gak terduga: kamar kos sederhana dan waktu senggang yang sempit. Namanya Rangga, 24 tahun, mahasiswa tingkat akhir jurusan komunikasi yang justru jatuh cinta pada musik bukan karena ikut kelas, tapi karena kombinasi iseng, keingintahuan, dan satu game favoritnya: *Mahjong Ways* dari PGSOFT.
"Waktu itu lagi burnout banget. Skripsi mentok, tugas numpuk, tapi gue butuh jeda. Akhirnya gue main slot Mahjong Ways buat ngilangin penat, terus liat gitar di pojok kamar... yaudah, mulai petik-petik aja. Awalnya beneran cuma buat ngelepas stres," cerita Rangga. Tapi dari rutinitas 15 menit tiap malam itulah, dia mulai masuk ke dunia musik yang ternyata bisa dibangun tanpa sekolah musik mahal.
Ritme Game Jadi Metronom Alami
Mahjong Ways punya ritme dan efek suara khas yang buat sebagian orang sekadar dekorasi visual, tapi buat Rangga jadi semacam metronom alami. “Gue perhatiin pola tumble-nya, suaranya, temponya. Pas tile-nya pecah, ada denting khas yang ritmis banget. Nah, dari situ gue mulai latihan gitar sambil nyocokin petikan sama tempo di game,” jelasnya.
Setiap malam, dia duduk dengan posisi yang sama—HP di sebelah kiri, gitar akustik di pangkuan. Dia main game 5-10 menit, lalu petik senar sambil mengulang pola suara yang dia dengar. “Gue gak belajar lagu dulu. Gue belajar merespon suara. Jadi kepekaan gue sama nada tuh dilatih bukan dari teori, tapi dari pengalaman langsung denger dan niru,” tambahnya.
Konsistensi Mikro yang Berbuah Besar
Latihan Rangga gak pernah lebih dari 15 menit. Tapi yang bikin beda adalah, dia melakukannya setiap hari tanpa absen. “Gue anggap ini kayak cuci muka. Harus dilakukan tiap hari, gak perlu lama, tapi penting,” katanya ringan. Kadang cuma latihan feeling petikan, kadang belajar denger pitch dari bunyi tile scatter. Lama-lama, tangannya terbiasa. Telinganya pun mulai lebih tajam.
Dalam tiga bulan, ia udah bisa ngiringin teman kosnya yang nyanyi akustikan. Dalam enam bulan, dia mulai bisa bikin improvisasi sederhana, dan yang paling kerasa: dia jadi lebih tenang, lebih fokus. “Main musik dan slot itu kayak meditasi buat gue. Fokusnya dapet, emosi stabil,” kata Rangga.
Dari Game Jadi Guru Pendamping
Buat Rangga, Mahjong Ways bukan cuma game penghilang stres, tapi juga jadi guru pendamping. Game itu melatih respon cepat, konsentrasi visual, dan ketenangan saat menunggu peluang. Nilai-nilai itu dia bawa ke latihan musiknya. “Kadang gue gak sadar lagi belajar karena ngerasa lagi main. Tapi ternyata itu cara yang cocok buat gue.”
Ia gak pernah berniat jadi musisi profesional. Tapi karena terbiasa dengan latihan ringan tapi rutin, sekarang dia sering diminta bantuin bikin jingle kecil, konten musik pendek, bahkan jadi teman kolaborasi buat teman-temannya yang aktif di TikTok dan Instagram Reels. Semua berawal dari konsistensi kecil di waktu malam.
Musik Jadi Terapi, Bukan Kompetisi
Salah satu alasan kenapa Rangga gak merasa terbebani adalah karena dia gak pernah bandingin progress-nya dengan orang lain. “Gue gak pernah mikirin kapan bisa jago. Yang gue pikirin cuma: malam ini gue udah main belum?” Dengan mindset itu, musik bukan jadi tekanan, tapi jadi bentuk self-healing.
Dia juga mulai ngajak teman-temannya untuk coba metode “game + musik” ini. “Lo gak harus punya gitar mahal. Bisa pakai aplikasi piano juga. Yang penting, buka diri buat coba hal baru, dan jangan buru-buru pengen jago,” jelasnya. Sekarang, teman-teman kosnya juga mulai ikutan. Ada yang bawa ukulele, ada yang mulai nyoba keyboard dari HP.
Refleksi: Jalan Belajar Bisa Unik dan Personal
Kisah Rangga nunjukin satu hal yang sering kita lupakan: proses belajar itu gak harus formal, gak harus di ruang kelas, dan gak harus selalu serius. Kadang, hal-hal besar justru tumbuh dari kebiasaan kecil yang dijalani dengan hati senang. Bermain musik 15 menit sambil main slot mungkin terdengar nyeleneh, tapi buat Rangga, itu jadi kombinasi yang pas.
Buat kamu yang ingin belajar sesuatu tapi ngerasa gak punya waktu, alat, atau mentor—coba pikirin lagi. Mungkin yang kamu butuhin bukan semuanya sekaligus, tapi cuma satu hal: kemauan untuk mulai. Walau cuma 15 menit. Karena seperti Rangga bilang, “Yang penting bukan berapa lama kita belajar, tapi seberapa sering kita mau hadir di prosesnya.”